Sabtu, 30 Maret 2013

The Way To Break Up


*YeWon Songfic*
Tittle :: The Way To Break Up
Author :: Arika Tooru

Pairing :: Main!Yewon Slight!Sibum, Yehae
Genre :: Yaoi, Drama (ga yakin)
Warning :: BL, Un-official pairing, alur maksa, typo(s) tersebar luas -_-’ dan kekurangan lainnya.



~HAPPY READING~
.
.
.
Themesong :: Cho Kyuhyun – The Way To Break UP
.
.
.
||The Way To Break Up||
.





.

*Pretending like it’s nothing even when it’s hurts
The way to hide it even when tears are falling
The way to laugh like nothing ever happened
While having one side of your heart left in that place
The way to break up~

.
.
.
.
“wonnie~”
Siwon tengah larut dalam perbincangannya dengan seseorang melalui line telepon di ponselnya ketika yesung memasuki kamar ‘mereka’. Yesung duduk ditepi bed, menunggu si ‘namja perfect’ itu menyelesaikan perbincangannya.
“tidakah kau merindukanku juga?”
“…”
“oh, ne. arraseo. Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu”
“…”
“okey, see you~”
-bip-

“nugu?” nada suara yesung sedikit menyelidik. Ia cukup tau seperti apa siwon. Tidak biasanya siwon berbincang lama di line telepon, siwon tipe namja yang harus bertatap muka dengan lawan bicaranya.
Senyum manis berbonus sepasang dimple-pun tak lepas dari wajah rupawan siwon.
“kibum, dia baru saja kembali dari LA. Ah~ aku merindukannya”
-deg-
Siwon merebahkan tubuh atletis miliknya di bed samping yesung. Senyum bahagia belum lepas dari wajahnya. Begitu ia tampak bahagia, sorot obsidiannya seperti menerawang sesuatu yg menggembirakan.
Berbanding tebalik dengan yesung yg kini terdiam bagai patung. Tiba2 saja hatinya mencelos nyeri.
Kekasihnya menyebut nama namja lain. Namja yg selalu ia ‘takuti’.

Sungguh, demi apapun yesung mencintai siwon. Sangat.
Hingga ia tak –pernah- ingin  tau, siapa yg dicintai namja tercintanya itu. Begitu cinta. Hingga ia tak peduli, ikatan kasih mereka hanya sebuah nama. Tanpa balasan rasa yg sama dari siwon.
Siwon –pun begitu, tapi itu jauh sebelum waktu membiaskan ikatan mereka.
Siwon kekasihnya memang. Tapi hati pemuda tampan itu –telah jauh di hati yg lain.

“ah~ ba-baguslah. Aku juga merindukannya” yesung tertawa hambar. Hanya seperti itu, Dan selalu seperti itu.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*again like this, my hearts shuts in
Also, the numerous  regrets are done away with
They will be erased again, won’t they?
They will become something for back, won’t they?
We will forgetting each other, won’t we?

.
.
.
.
-kring-
Suara lonceng pintu sebuah coffee shop terdengar. Lagi, tanda bertambahnya customer yg datang  ke coffee shop –yg memang tak pernah sepi tersebut.
“excuse me” sapa seorang customer pada barista bersurai redwine yg berdiri dibelakang meja kasir.
“yes, can I help you?” barista yg terlihat sibuk itu mendongak, memberi perhatian pada customer’nya. Ia sedikit terkejut ketika mengetahui siapa customer’nya kali ini.
“donghae?”
.
.
“kau menghabiskan waktu liburmu hanya disini hyung?” Tanya donghae pada yesung –barista tadi- seraya mengesap expresso hanyat yg dipesannya tadi. Yesung hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kini yesung juga donghae tengah duduk berhadapan di salah satu meja di pojokan coffee shop.
“ani, aku senang membantu jongjin disini”
“ kau tidak berlibur bersama siwon?”
Yesung menatap donghae ragu, mengusap tengkuknya mendadak gugup. Ia sedikit memaksakan seulas senyum –yg bisa langsung ditangkap oleh donghae sebagai senyum pahit.
Ya. Namja dari mokpo itu lebih tau yesung dari siapapun.
“dia mungkin sibuk” jawabnya asal. Donghae hanya mengangguk seolah mengerti lalu tersenyum samar.
“ku dengar kibum sudah kembali dari LA, kau sudah bertemu dengannya hyung?”
“ne, ku dengar juga begitu. Tapi aku belum bertemu dengannya. Mungkin setelah ini aku akan menghubunginya”
Donghae kembali mengangguk paham. Sedetik kemudian ia mengubah air wajahnya menjadi serius. Yesung yg menyadarinya, merasakan sesuatu terjadi. Ia merasakan sesuatu yg buruk. Entah itu apa.
“hyung, ada yg perlu ku sampaikan”
Iris hazel yesung mau tidak mau terfokus bertemu caramel milik donghae. Sedikit risih di tatap se’intens itu oleh salah satu dongsaeng’nya.
“hyung, apa kau percaya pada siwon?” Tanya donghae tiba2.
Yesung tampak diam, masih mencerna seperti apa jenis pertanyaan donghae. Ia meremas jemarinya yg sudah berkeringat. Siwon?
“maksudmu apa hae-ya?”
“aku menyayangimu hyung, aku tak bermaksud apa2. Aku hanya berpikir kau harus tau ini –” donghae tidak melanjutkan ucapannya. Seperti tercekat sampai sana, Seolah sulit. Ia mendesah berat.
Bagaimana ia mengatakan apa yg ada di pikirannya saat ini? Seperti apa reaksi hyung’nya nanti? Ia tidak tega.
Yesung menatap donghae, menanti namja fishy itu melanjutkan ucapannya. Menunjukan ekspresi setenang mungkin, menyembunyikan kecemasan yg sangat mengganggunya.
Dari cara donghae berbicara saja ia sudah tau, ini adalah sesuatu yg tak mesti ia dengar –harusnya.
“kemarin sore aku bertemu kibum. Kami bercerita banyak hal”
“lalu?” yesung kembali meremas jemari mungilnya. Mencoba tenang.
“ia juga menceritakan siwon. Ia mengatakan siwon –”
“…”
“siwon menyatakan cinta padanya”
-deg-
Yesung diam. Lagi, ia hanya bisa diam.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*my meaningless day will go by too, won’t it?
My love like no other between us is something
Thet never exists, isn’t?
Even if I say I miss you
I won’t be able to see you again, will i?
Even when it hurts
I will have to bear with it, won’t i?
The way to break up
.
.
.
.
“hyung~ aku bosan. Sebelum ke Taiwan, aku ingin jalan2. Kau ada waktu malam ini hyung?”
Yesung tersenyum miris sebelum menjawab. Ia menyadari satu hal, kemana panggilan “hyungie chagi” favoritnya? Panggilan kesayangan siwon untuknya. Hilang begitu saja seiring berjalannya waktu.
Dan apa katanya tadi? Bosan? Apa siwon pikir yesung itu robot penghibur  tak berhati? Hanya dibutuhkan ketika ia bosan, begitu?
“aku sibuk. Pergilah bersama kibum. Bukankah kau merindukannya?” usul yesung sarkastik. Mencoba menggertak.
“um~ baiklah. Ide bagus” siwon keluar dari kamarnya –bersama yesung-. Meninggalkan yesung yg tampak kilatan luka pada manik hazel’nya. Ingin sekali yesung menangis, tapi ia tak tau untuk apa. Yg ia tau, berpura2 tak peduli di depan siwon bukanlah gayanya.
Waktu seolah menciptakan jarak –yg yesung –pun tak tau sebesar apa dan sejauh apa perbedaan di antara keduanya. Mungkin sangat jauh hingga ia nyaris tak mengenali siwon. Sangat jauh hingga ia begitu sulit sekedar untuk menempatkan dirinya di posisi terbaik di hati kekasih tampannya.
Ah~ memikirkannya saja membuatnya sakit kepala.
.
.
.
.
Dengan penyamaran yg cukup, yesung mengintip sepasang manusia. Sepasang namja itu terlihat menikmati waktu mereka. Seperti sepasang kekasih yg sangat serasi –menurut siapapun yg melihatnya. Pasangan itu kibum dan siwon.
Ya! Yesung mengikuti kemanapun namja itu pergi. Meskipun dg segala kepedihannya, mengorbankan waktu istirahatnya yg berharga di tengah jadwalnya yg super padat, meski harus menoreh luka sayat lagi di hatinya yg jelas2 masih membekas luka yg lalu. Tapi ia bertekad –lebih tepatnya berharap, siwon tak seperti yg ia kira akhir2 ini.
Entah harus siapa yg dipersalahkan disini. Ia mana mungkin menyalahkan kibum kan? Ia juga tak ingin menyalahkan siwon –yg jelas2 salah disini. Haruskah ia menyalahkan dirinya sendiri? Hm~ bukankah itu terdengar bodoh?

Perih di hatinya itu kembali berdarah ketika bibir sepasang namja yg tak jauh darinya itu bertemu. Seolah di taburi garam di atas luka hatinya yg menganga. Perih.
Yesung mencengkram ujung jaket yg ia kenakan. Ia menangis dalam diam. Perlahan ia menekan dadanya yg sesak luar biasa.
Ia masih bisa menerima jika siwon hanya mengungkapkan perasaannya kepada kibum. Tapi ini sudah di luar batas. Ciuman itu sama sekali tak terbesit dalam pikirannya.
Cukup! Yesung tak ingin merasa bodoh lagi. Untuk apa ia mempertahankan setengah mati cinta –yg bahkan tak di inginkan siwon? Buang2 tenaga! Hanya akan membuatnya semakin terluka. Toh, siwon tak mungkin lagi melihatnya sebagai seorang kekasih. Ia lelah.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah keberangkatan siwon ke Taiwan untuk urusan keartisannya.
Beberapa hari kedepan mungkin yesung akan tidur sendiri di kamarnya.
Tak masalah.  Meskipun ada siwon dalam ruang lingkup kamarnya, ia tetap merasa kesepian bukan?

“hyung, teukie hyung menyuruhmu keluar. Kau tidak mau mengantar siwon kebandara, eoh?” teriak eunhyuk dari luar kamar yesung.
“katakan pada teukie hyung, aku tidak pergi.” Jawab yesung, sedikit berteriak mengimbangi suara dongsaeng’nya.
Ia duduk di atas bed’nya. Menekuk lututnya dan sesekali menenggelamkan wajah yg terlihat kacau itu di lipatan tangannya.
Sugguh! Ia merasa sangat rapuh. Dan lagi2 itu karna siwon. Ini masih seperti mimpi. Siwonnya telah –berpaling.
.
.
.
.
Ini malam kedua, yesung menjadi satu2nya penghuni tunggal di kamar yg bernuansa putih-biru itu.
Ia sendiri. Ia kesepian. Meski sama saja, tapi setidaknya melihat wajah tampan sang pemilik hari sebagai penghatar tidur akan terasa lebih baik. Walau nyatanya kehadiran namja tampan itu malah justru semakin membuat yesung merasa kesepian dan merasa kecewa.
Ini bukan kali pertama atau kedua, siwon pergi karna tuntutan jadwal. Tapi setidaknya dulu, ia tak pernah ‘lose contact’ seperti ini. Siwon selalu menghubunginya apapun yg ia lakukan.
.
.
.
To: siwonnie
“siwon.. sedang apa? Kau sibuk?”
Send~
.
.
-15 minute later-
To: siwonnie
“kau benar2 sibuk ne? mianhae”
Send~

.
.
-25 minute later-
To: siwonnie
“tidak adakah yg ingin kau katakana padaku?”
Send~
.
.
-50 minute later-

Yesung tertawa miris. Ia sungguh merindukan siwon’nya. Tapi ia juga tak ingin terus dilukai seperti ini.
Setidak berartinyakah ia di mata siwon?
Ia merasa di buang. Ia tak tau letak salahnya dimana sampai siwon mencampakannya seperti ini. Setau yesung, ia sudah mencoba se’maksimal mungkin berusaha menjadi yg terbaik untuk bisa disandingkan dg seorang Choi Siwon.


To: siwonnie
“cukup siwon! Aku menyerah. Aku lelah siwon! Aku melepaskanmu. Mulai dari sekarang hubungan kita berakhir!”
Send~
.
.
-10 minute later-
From: siwonnie
“apa maksudmu hyung? Jangan bercanda! Aku tak punya waktu untuk itu”
Reply. To: siwoonnie
“aku mengerti kau sibuk tuan choi! Jadi jangan berpikir aku bercanda!”
Send~

Yesung melepas batere ponsel’nya, dan membuang benda tak berdosa itu kesembarang arah. Yesung merunduk dalam.
Sulit dipercaya. Ia mengambil keputusan –yg selama ini ia bersumpah takan pernah diambilnya. Ia terlalu mencintai siwon sampai membutakannya.
Kini ia mengerti. Mengapa orang2 mengatakan ‘cinta itu tak bisa dipaksakan’ . mulai sekarang ia harus membuktikan bahwa keputusan yg di ambilnya ini tidak salah.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*I’m used to a day without you
Tomorrow should be a little more comfortable
I’m slowly forgetting about you
Maybe I’ll go down and only think of the good memories
He had together?
.
.
.
.
.
Yesung mengemas pakaiannya, ketika ia tau siwon akan pulang siang ini.
Tidak! Yesung bukan sedang menghindar. Ia hanya belum siap bertemu dg namja yg telah membuatnya hancur tak berupa akhir2 ini.
Ia lelah. Seperti yg diakuinya.
Tiba2 saja ia rindu kampung halamannya. Ia memang berencana pergi ke cheonan siang ini. Ia ingin mendinginkan kepalanya, sedikit refreshing mungkin akan membuatnya lebih baik. Mungkin tak masalah jika sehari saja ia meliburkan diri, kan?
.
.
.
Namja manis itu menghela nafas berat. Yesung kini berada di SMEnt untuk menandatangani kontrak.
Kenapa hidupnya tak pernah lepas dari namja bernama Choi Siwon?
Di tangannya terdapat sebuah map kontrak. Ia harus mengisi  soundtrack sebuah drama. Dan drama itu di bintangi oleh –Choi Siwon!

Yesung duduk di salah satu meja di sebuah cafè tak jauh dari gedung SM. Tiba2 saja kepalanya terasa pening, bayang2 siwon terus saja menghantuinya. Ia terpaksa menunda keberangkatannya ke cheonan.
Minuman dingin mungkin cukup, untuk sekedar menjernihkan pikirannya.
“hyung” yesung sedikit terkejut karna lamunannya terganggu oleh sebuah suara yg mengintrupsinya.
“si –siwon?”
.
.
“apa maksudmu hyung? Kenapa tiba2 seperti ini?”
yesung tersenyum tipis. Ia mengesap ice coffee yg ia pesan, lalu meletakannya kembali di meja.
Mengangkat wajahnya, mencoba menangtang obsidian tajam milik namja di hadapannya. Menampilkan mimic muka sedingin mungkin. Ia tak mau terlihat lemah di depan siwon.
Sedangkan siwon masih setia menunggu, jawaban seperti apa yg akan yesung katakan sebagai alasan.
“ani, aku hanya lelah. Mungkin lebih baik kau menjadi dongsaeng-ku, seperti dulu.”
“lelah? Kau pikir ini main2, eoh?” mata siwon menyipit, mulai tak nyaman dg tanggapan yesung atas pertanyaannya. Ia melipat tangannya di depan dada.
Entah ini nyata, atau –siwon memang terlihat tak suka dg keputusan yesung. Tapi bukankah ia seorang actor? Bisa saja ia ber’acting, bukan?
“ku pikir tak ada yg perlu ku jelaskan lg, semua terlalu jelas. Kau bosan. Dan aku tau itu. Bukankah ini yg kau harapkan?  Kau bahkan mencintai orang lain” siwon tercekat.
Perkataan yesung terdengar lirih di kalimat terakhir. Ia tak bisa bertahan lagi. Bagai pasok oksigen dalam paru2nya habis. Sangat sesak, dan begitu memuakan.
“a-pa maksudmu ki-bum?”
Yesung berdiri dari duduknya, meletakan beberapa lembar uang kertas di atas meja. Setelah sebelumnya menatap obsidian ‘itu’ sekali lagi. Memastikan, bahwa ia takan lg terjerat oleh tatapan intens –yg dulu selalu membuatnya nyaman.
Ia kembali menyunggingkan bibirnya tipis, melihat ekspresi siwon saat ini. Meski terlihat jelas luka yg terpancar dari wajah manisnya.
“aku mengerti siwon. Maaf, aku ada urusan. Permisi”
“hyung…”
.
.
.
.
-tes-
Cairan hangat menetes dg sendirinya dari sepasang mata yg terkatup itu.
Ia menyandar pada sandaran jok mobil. Air matanya masih mengalir. Tanpa suara, hanya ada isakan2 kecil yg lolos dari bibir peach’nya. Tangisan yg sarat akan luka.
Yesung membuka matanya saat mendengar sayup2 suara samar dari luar mobil. Senyum miris tercetak penuh luka ketika manic hazel yg memerah itu menangkap adegan drama yg begitu nyata.
Sorot penuh luka itu tertuju pada sepasang ‘manusia’ di luar sana.
“siwon..” lirihnya tercekat, nyaris tak terdengar bahkan oleh dirinya sendiri.

Siwon’nya mungkin tengah bahagia. Setidaknya itu isi kepala yesung. Tunggu. Siwon’nya?
Sekarang bukan lg siwon’nya. Siwon’nya yg dulu telah pergi, hilang bersamaan dg terkuburnya kenangan manis antara mereka. Pergi jauh, terbawa arus takdir cinta’nya yg tak semanis janji yg siwon ikrarkan.
Waktu masih bisa terhitung dg hitungan detik, ketika mereka akhirnya memutuskan berpisah –meski secara sepihak. Tapi lagi2 yesung harus menelan pahitnya racun yg ia siapkan sendiri –yg sudah pasti akan membunuhnya cepat atau lambat.
Tak ada lagi degup bahagia ketika manic hazel itu menemukan sosok siwon dalam ruang lingkup sorot pandangnya. Yg ada hanya rasa lain, sebuah rasa yg diselingi dg jantungnya yg berdenyut nyeri.
Meski sudah berpisah. Tapi, tidakah siwon merasa kehilangan yesung sedikit saja?
Kenapa harus yesung satu2nya posisi yg merasakan sakit luar biasa?
Tak bisakah siwon peduli sedkit saja –meski hanya berpura2?
Kenapa hanya yesung saja yg merasakan –kehilangan?
.
.
.
.
.
“sudah lama menunggu hmm?”
Siwon mendongak ketika lamunannya terganggu. Ia sedikit memaksakan senyum melihat siapa namja yg sekarang duduk di hadapannya.
“ani, aku baru saja datang”
Kibum tersenyum manis.
“kau baru saja bertemu seseorang hyung?” Tanya kibum, ketika matanya tak sengaja melihat cup ice coffee yg isinya tinggal setengah.
“ne?”
“nugu?”
Siwon menatap ragu kibum –yg jg menatapnya menyelidik. Siwon mengusap tengkuknya gelisah.
“yesung hyung?” tebak kibum tepat sasaran.
“eh?”
“aku akan memberi  jawaban atas tawaranmu beberapa waktu lalu”
Kibum menghela nafas panjang. Semakin menatap namja dari masalalu’nya itu dg serius.
“hyung. Aku tdk mau merusak hubunganmu dg yesung hyung. Hubungan kita cukup hanya ada di masa lalu. Kau harusnya tdk perlu menghindari yesung hyung ketika tau aku akan kembali ke seoul.
kau mencintai yesung hyung. Aku tau itu. Kau tak bisa menghindar. Kau mengabaikannya, kau tau kau melukainya, tapi kau tetap melakukannya. Dan aku tau kau juga terluka karena’nya”
“aku mencintaimu kibum. Sungguh. Aku–”
“aku tau, tapi itu rasa yg berbeda. Bukan rasa seperti yg kau berikan untuk yesung hyung. Rasa untuk ku hanya sebuah ambisi masa lalu. Kau pikir aku tdk tau itu?”
Siwon terdiam. Seperti menyetujui ucapan kibum benar adanya. Ia memang mencintai kibum, sangat. Tapi belum tentu ia juga tak mencintai yesung. Bagaimanapun juga yesung adalah orang yg paling berpengaruh dalam kehidupannya.
“pikirkan lagi hyung. Jangan sampai kau menyesal. Yesung hyung mencintaimu. Aku tak mau dia terluka karna adanya aku sebagai penghalang diantara kalian. Temui dia sebelum semuanya terlambat”
“mianhae kibum-ah”
Kibum berdiri dari duduknya, mengusap lembut bahu siwon lalu beranjak pergi. Meningalkan siwon yg masih sibuk dg pikirannya.


“kibum-ah” siwon terlihat berlari kecil menghampiri kibum yg baru saja akan memasuki mobil lalu memeluknya.
“gomawo” lirih siwon. Kibum tertawa, menepuk2 punggung namja yg tengah memeluknya itu.
Tanpa keduanya sadari, ada pihak ketiga yg terluka melihat kebersamaan mereka.
.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*I remember your brokenhearted face and the one
Thousand and the tears that filled your eyes
But, there were too many signs of happiness
Love is pain for me
But we can bear the hurt together
So that we will be together
.
.
.
.
.
-brakk-
Pintu kayu mahoni itu terbuka kasar, membuat seluruh penghuni dorm menatap tak suka pada sosok tegap yg baru saja masuk dg terburu2.
“siwon! Lebih ramah lah. Kau berniat merusak pintu eoh?”
“yesung hyung! Eodiga?”
Tanpa berniat menunggu jawaban penghuni dorm, siwon dg segera berlari menuju kamar yesing. Tidak memperdulikan leeteuk yg masih berkecak pinggang karna ulahnya.

-brakk-
“yesung hyung”
Suara pintu yg terbuka kasar terdengar untuk yg kedua kalinya. Mata siwon mengedar, mencari keberadaan sosok yg kini memenuhi pikirannya. Yesung!
Tatapannya terhenti pada pintu balkon yg terbuka.
Dan benar saja. Sosok yg di carinya tengah berdiri di tepi balkon, membiarkan hembusan angin yg cukup kuat menerpa kulit wajah’nya yg putih.
“yesung hyung!”
-grepp-
“eh?”
.
.
.
“mianhae hyung. Jeongmal mianhae”
Yesung tersenyum, tangannya mengusap sepasang tangan kekar yg memeluknya dari belakang dg erat. Melepas pelukan sepihak siwon lalu menarik tangan itu agar si empu menghadap kearahnya.
Ia tersentak melihat obsidian siwon memerah. Siwon menangis?
“hyung maafkan aku”
“hey, kau menangis eoh?” Tanya yesung mencoba menggoda.
“hyung..”
“aku melepasmu untuk bahagia siwon, bukan untuk seperti ini. Kau mencintai kibum bukan? Lalu apa lg? jangan hawatir, aku baik2 saja”
“aku memang mencintainya” siwon merunduk dalam, Memejamkan matanya erat.
Ia tau, ia egois. Tapi, demi apa. Yesung’nya lebih berharga dari apapun. Perpisahan diantara keduanya membuat ia sadar akan hal itu.
Ia tau, ia telah melukai yesung. Tapi sisi egoisnya tetap saja muncul, menuntutnya untuk tetap memiliki yesung.
Ini diluar kehendaknya. Hidup sempurna tanpa kekurangan, kadang membuatnya mau tidak mau dialiri sifat ‘harus memiliki apapun yg di inginkan’ dalam darahnya.


“aku menger –”
“tapi aku jauh lebih mencintaimu, hyung”
Yesung menatap obsidian siwon yg menatapnya dg tatapan memohon. Sekedar mencari dusta dari sepasang manic kelam namja bermarga choi tersebut.
Tapi mustahil. Tatapan siwon terlalu jujur, membuatnya harus kembali memepercayai siwon.
Tatapan itu selalu membuatnya kembali ketika ia mencoba untuk pergi dari belenggu siwon. Yg akhirnya, ia harus berjibaku dg rasa sakit yg sama setiap kali namja tampan itu mengingkari janjinya.
“aku serius hyung. Percayalah” siwon mencoba meyakinkan. Tangannya terangkat menangkup wajah penuh yesung. Matanya kembali memerah.
Siwon mulai putus asa melihat yesung hanya diam menatapnya. Entah harus seperti apa ia mencoba untuk meyakinkan namja manis itu.
Siwon tau yesung takan mudah lg mempercayainya. Ia sudah sangat sering membuat yesung’nya terluka.

“cukup. Jangan membuatku semakin sulit melepasmu” suara yesung terdengar bergetar samar. Ia cukup kuat untuk menutupi lukanya. Jika siwonnya sudah memohon seperti ini, apa yg bisa ia lakukan?
“hyung mianhae.. ku mohon percayalah hyung. Aku mencintaimu” siwon merengkuh yesung dalam pelukannya. Sarat bahwa ia tdk akan dg bodohnya membiarkan yesung’nya pergi darinya lg.
Yesung terdiam cukup lama. Tanpa membalas pelukan siwon. Tanpa respon apapun. –yg otomatis membuat siwon terus menggumamkan kata ‘maaf’ untuknya.
Yesung membenci siwon karna ia selalu bergantung pada namja itu.
Ia membeci siwon karna tak bisa sebentar saja berpaling barang sejengkalpun.
Ia membenci siwon karna walaupun dilukai, yesung tetap mencintainya.
Namja kuda itu selau saja mempunyai cara untuk membuat yesung bimbang.

Cukup lama dg posisi itu. Tangan yesung  terangkat, mengusap punggung tegap siwon dg lembut. Rengkuhan siwon selau berhasil membuatnya tenang dan merasa lebih baik.
Siwon melepas pelukannya, kembali menatap manic hazel yesung
“hyung kumohon .. aku mencintaimu lebih dari siapapun. Kibum, Dia hanya masalaluku”
“ne, Nado” Pemilik manic hazel itu tersenyum lembut.
“tapi siwon, akan lebih baik jika kita tetap seperti ini. Saling mencintai tak selalu harus terikat sebagai pasangan kekasih”
“wae hyung? Kau belum mempercayaiku? Apa kau membenciku? Ku mohon beri aku kesempatan”
Yesung lagi2 tersenyum, jemarinya terulur mengusap lembut pipi siwon yg entah sejak kapan mulai basah.
“bukan seperti itu dongsaeng –ah”
“…” siwon terpaku. Sudah sangat lama panggilan yesung untuknya itu tak ia dengar. Terakhir kali ia dengar ketika sebelum keduanya resmi mengganti status hyung-dongsaeng mereka sebagai pasangan kekasih.
“aku hanya terlalu lelah. Aku mencintaimu, sangat. Tapi aku butuh waktu untuk sendiri siwon –ah. Jika kau mencintaiku, harusnya kau mengerti.
Apapun yg terjadi, kau tetap namja yg paling kucintai. Aku butuh berpikir, aku tak ingin terus terluka. Aku terlalu pengecut untuk itu. Aku hanya butuh waktu. Arraseo?”
“Mianhae hyung..”
“aku sudah memaafkanmu bahkan jauh sebelum kau memintanya wonnie”
“aku akan menunggumu hyung. Sampai kapanpun, aku akan menunggumu”
“ne, itu yg ku harapkan, hehee”
Siwon kembali merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya. Semakin erat. Kali ini  yesung membalasnya tak kalah erat.
Keduanya berpelukan lama, menyalurkan perasaan masing2. Memberikan waktu untuk mereka mengenang masa2 indah saling berbagi kasih cinta –yg hampir terlupakan terkikis masa, terhapus waktu, terkubur oleh ambisi2 baru.
“saranghae hyung, jeongmal saranghae”
“nado~ wonnie”
.
.
.
Kini siwon maupun yesung menyadari, bahwa saling mencintai tak selalu harus berakhir sempurna.
Perpisahan itu menyakitkan. Tapi meski begitu, ada cara untuk tetap bertahan.
Cinta mereka memang sempurna. Tapi, kadang kalanya berpisah mungkin saja pilihan yg terbaik.
Untuk merajut kisah yg pastinya lebih baik. Dan untuk saling menyalurkan berbagai bentuk kasih sayang dg cara berbeda.
Mungkin dengan berpisah, keduanya bisa lebih saling terikat.
.
.
.
Walaupun rasanya sakit
Bersikaplah seolah tak apa2
Walaupun rasanya ingin menangis
Ada cara untuk menahannya
Walaupun hati ini terluka
Ada cara untuk tetap tersenyum
Begitulah caranya
Jika ingin berpisah

The Way To Break Up~
.
.
.
.
FIN



Mohon review'y^^
#bow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flying Cute Green Butterfly