*YeWon Songfic*
Tittle :: The Way To Break Up
Author :: Arika Tooru
Pairing :: Main!Yewon Slight!Sibum, Yehae
Genre :: Yaoi, Drama (ga yakin)
Warning :: BL, Un-official pairing, alur maksa, typo(s)
tersebar luas -_-’ dan kekurangan lainnya.
~HAPPY READING~
.
.
.
Themesong :: Cho Kyuhyun – The Way To Break UP
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
*Pretending like it’s
nothing even when it’s hurts
The way to hide it
even when tears are falling
The way to laugh like
nothing ever happened
While having one side
of your heart left in that place
The way to break up~
.
.
.
.
“wonnie~”
Siwon tengah larut dalam perbincangannya dengan seseorang
melalui line telepon di ponselnya ketika yesung memasuki kamar ‘mereka’. Yesung
duduk ditepi bed, menunggu si ‘namja perfect’ itu menyelesaikan
perbincangannya.
“tidakah kau merindukanku juga?”
“…”
“oh, ne. arraseo. Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu”
“…”
“okey, see you~”
-bip-
“nugu?” nada suara yesung sedikit menyelidik. Ia cukup tau
seperti apa siwon. Tidak biasanya siwon berbincang lama di line telepon, siwon tipe
namja yang harus bertatap muka dengan lawan bicaranya.
Senyum manis berbonus sepasang dimple-pun tak lepas dari
wajah rupawan siwon.
“kibum, dia baru saja kembali dari LA. Ah~ aku
merindukannya”
-deg-
Siwon merebahkan tubuh atletis miliknya di bed samping
yesung. Senyum bahagia belum lepas dari wajahnya. Begitu ia tampak bahagia,
sorot obsidiannya seperti menerawang sesuatu yg menggembirakan.
Berbanding tebalik dengan yesung yg kini terdiam bagai
patung. Tiba2 saja hatinya mencelos nyeri.
Kekasihnya menyebut nama namja lain. Namja yg selalu ia
‘takuti’.
Sungguh, demi apapun yesung mencintai siwon. Sangat.
Hingga ia tak –pernah- ingin
tau, siapa yg dicintai namja tercintanya itu. Begitu cinta. Hingga ia
tak peduli, ikatan kasih mereka hanya sebuah nama. Tanpa balasan rasa yg sama
dari siwon.
Siwon –pun begitu, tapi itu jauh sebelum waktu membiaskan
ikatan mereka.
Siwon kekasihnya memang. Tapi hati pemuda tampan itu –telah
jauh di hati yg lain.
“ah~ ba-baguslah. Aku juga merindukannya” yesung tertawa hambar.
Hanya seperti itu, Dan selalu seperti itu.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*again like this, my
hearts shuts in
Also, the
numerous regrets are done away with
They will be erased
again, won’t they?
They will become
something for back, won’t they?
We will forgetting
each other, won’t we?
.
.
.
.
-kring-
Suara lonceng pintu sebuah coffee shop terdengar. Lagi, tanda
bertambahnya customer yg datang ke
coffee shop –yg memang tak pernah sepi tersebut.
“excuse me” sapa seorang customer pada barista bersurai redwine yg
berdiri dibelakang meja kasir.
“yes, can I help you?” barista yg terlihat sibuk itu mendongak,
memberi perhatian pada customer’nya. Ia sedikit terkejut ketika mengetahui
siapa customer’nya kali ini.
“donghae?”
.
.
“kau menghabiskan waktu liburmu hanya disini hyung?” Tanya donghae
pada yesung –barista tadi- seraya mengesap expresso hanyat yg dipesannya tadi.
Yesung hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kini yesung juga donghae tengah duduk berhadapan di salah satu
meja di pojokan coffee shop.
“ani, aku senang membantu jongjin disini”
“ kau tidak berlibur bersama siwon?”
Yesung menatap donghae ragu, mengusap tengkuknya mendadak gugup.
Ia sedikit memaksakan seulas senyum –yg bisa langsung ditangkap oleh donghae sebagai
senyum pahit.
Ya. Namja dari mokpo itu lebih tau yesung dari siapapun.
“dia mungkin sibuk” jawabnya asal. Donghae hanya mengangguk seolah
mengerti lalu tersenyum samar.
“ku dengar kibum sudah kembali dari LA, kau sudah bertemu
dengannya hyung?”
“ne, ku dengar juga begitu. Tapi aku belum bertemu dengannya.
Mungkin setelah ini aku akan menghubunginya”
Donghae kembali mengangguk paham. Sedetik kemudian ia mengubah air
wajahnya menjadi serius. Yesung yg menyadarinya, merasakan sesuatu terjadi. Ia
merasakan sesuatu yg buruk. Entah itu apa.
“hyung, ada yg perlu ku sampaikan”
Iris hazel yesung mau tidak mau terfokus bertemu caramel milik
donghae. Sedikit risih di tatap se’intens itu oleh salah satu dongsaeng’nya.
“hyung, apa kau percaya pada siwon?” Tanya donghae tiba2.
Yesung tampak diam, masih mencerna seperti apa jenis pertanyaan
donghae. Ia meremas jemarinya yg sudah berkeringat. Siwon?
“maksudmu apa hae-ya?”
“aku menyayangimu hyung, aku tak bermaksud apa2. Aku hanya
berpikir kau harus tau ini –” donghae tidak melanjutkan ucapannya. Seperti
tercekat sampai sana, Seolah sulit. Ia mendesah berat.
Bagaimana ia mengatakan apa yg ada di pikirannya saat ini? Seperti
apa reaksi hyung’nya nanti? Ia tidak tega.
Yesung menatap donghae, menanti namja fishy itu melanjutkan
ucapannya. Menunjukan ekspresi setenang mungkin, menyembunyikan kecemasan yg
sangat mengganggunya.
Dari cara donghae berbicara saja ia sudah tau, ini adalah sesuatu
yg tak mesti ia dengar –harusnya.
“kemarin sore aku bertemu kibum. Kami bercerita banyak hal”
“lalu?” yesung kembali meremas jemari mungilnya. Mencoba tenang.
“ia juga menceritakan siwon. Ia mengatakan siwon –”
“…”
“siwon menyatakan cinta padanya”
-deg-
Yesung diam. Lagi, ia hanya bisa diam.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*my
meaningless day will go by too, won’t it?
My love
like no other between us is something
Thet never
exists, isn’t?
Even if I
say I miss you
I won’t be
able to see you again, will i?
Even when
it hurts
I will
have to bear with it, won’t i?
The way to
break up
.
.
.
.
“hyung~ aku bosan. Sebelum ke Taiwan, aku ingin jalan2. Kau ada
waktu malam ini hyung?”
Yesung tersenyum miris sebelum menjawab. Ia menyadari satu hal,
kemana panggilan “hyungie chagi” favoritnya? Panggilan kesayangan siwon
untuknya. Hilang begitu saja seiring berjalannya waktu.
Dan apa katanya tadi? Bosan? Apa siwon pikir yesung itu robot
penghibur tak berhati? Hanya dibutuhkan
ketika ia bosan, begitu?
“aku sibuk. Pergilah bersama kibum. Bukankah kau merindukannya?”
usul yesung sarkastik. Mencoba menggertak.
“um~ baiklah. Ide bagus” siwon keluar dari kamarnya –bersama
yesung-. Meninggalkan yesung yg tampak kilatan luka pada manik hazel’nya. Ingin
sekali yesung menangis, tapi ia tak tau untuk apa. Yg ia tau, berpura2 tak
peduli di depan siwon bukanlah gayanya.
Waktu seolah menciptakan jarak –yg yesung –pun tak tau sebesar apa
dan sejauh apa perbedaan di antara keduanya. Mungkin sangat jauh hingga ia
nyaris tak mengenali siwon. Sangat jauh hingga ia begitu sulit sekedar untuk
menempatkan dirinya di posisi terbaik di hati kekasih tampannya.
Ah~ memikirkannya saja membuatnya sakit kepala.
.
.
.
.
Dengan penyamaran yg cukup, yesung mengintip sepasang manusia.
Sepasang namja itu terlihat menikmati waktu mereka. Seperti sepasang kekasih yg
sangat serasi –menurut siapapun yg melihatnya. Pasangan itu kibum dan siwon.
Ya! Yesung mengikuti kemanapun namja itu pergi. Meskipun dg segala
kepedihannya, mengorbankan waktu istirahatnya yg berharga di tengah jadwalnya
yg super padat, meski harus menoreh luka sayat lagi di hatinya yg jelas2 masih
membekas luka yg lalu. Tapi ia bertekad –lebih tepatnya berharap, siwon tak
seperti yg ia kira akhir2 ini.
Entah harus siapa yg dipersalahkan disini. Ia mana mungkin
menyalahkan kibum kan? Ia juga tak ingin menyalahkan siwon –yg jelas2 salah
disini. Haruskah ia menyalahkan dirinya sendiri? Hm~ bukankah itu terdengar
bodoh?
Perih di hatinya itu kembali berdarah ketika bibir sepasang namja
yg tak jauh darinya itu bertemu. Seolah di taburi garam di atas luka hatinya yg
menganga. Perih.
Yesung mencengkram ujung jaket yg ia kenakan. Ia menangis dalam
diam. Perlahan ia menekan dadanya yg sesak luar biasa.
Ia masih bisa menerima jika siwon hanya mengungkapkan perasaannya
kepada kibum. Tapi ini sudah di luar batas. Ciuman itu sama sekali tak terbesit
dalam pikirannya.
Cukup! Yesung tak ingin merasa bodoh lagi. Untuk apa ia
mempertahankan setengah mati cinta –yg bahkan tak di inginkan siwon? Buang2
tenaga! Hanya akan membuatnya semakin terluka. Toh, siwon tak mungkin lagi
melihatnya sebagai seorang kekasih. Ia lelah.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah keberangkatan siwon ke Taiwan untuk urusan
keartisannya.
Beberapa hari kedepan mungkin yesung akan tidur sendiri di
kamarnya.
Tak masalah. Meskipun ada
siwon dalam ruang lingkup kamarnya, ia tetap merasa kesepian bukan?
“hyung, teukie hyung menyuruhmu keluar. Kau tidak mau mengantar
siwon kebandara, eoh?” teriak eunhyuk dari luar kamar yesung.
“katakan pada teukie hyung, aku tidak pergi.” Jawab yesung,
sedikit berteriak mengimbangi suara dongsaeng’nya.
Ia duduk di atas bed’nya. Menekuk lututnya dan sesekali
menenggelamkan wajah yg terlihat kacau itu di lipatan tangannya.
Sugguh! Ia merasa sangat rapuh. Dan lagi2 itu karna siwon. Ini
masih seperti mimpi. Siwonnya telah –berpaling.
.
.
.
.
Ini malam kedua, yesung menjadi satu2nya penghuni tunggal di kamar
yg bernuansa putih-biru itu.
Ia sendiri. Ia kesepian. Meski sama saja, tapi setidaknya melihat wajah
tampan sang pemilik hari sebagai penghatar tidur akan terasa lebih baik. Walau
nyatanya kehadiran namja tampan itu malah justru semakin membuat yesung merasa
kesepian dan merasa kecewa.
Ini bukan kali pertama atau kedua, siwon pergi karna tuntutan
jadwal. Tapi setidaknya dulu, ia tak pernah ‘lose contact’ seperti ini. Siwon
selalu menghubunginya apapun yg ia lakukan.
.
.
.
To: siwonnie
“siwon.. sedang apa? Kau sibuk?”
Send~
.
.
-15 minute later-
To: siwonnie
“kau benar2 sibuk ne? mianhae”
Send~
.
.
-25 minute later-
To: siwonnie
“tidak adakah yg ingin kau katakana padaku?”
Send~
.
.
-50 minute later-
Yesung tertawa miris. Ia sungguh merindukan siwon’nya. Tapi ia
juga tak ingin terus dilukai seperti ini.
Setidak berartinyakah ia di mata siwon?
Ia merasa di buang. Ia tak tau letak salahnya dimana sampai siwon
mencampakannya seperti ini. Setau yesung, ia sudah mencoba se’maksimal mungkin
berusaha menjadi yg terbaik untuk bisa disandingkan dg seorang Choi Siwon.
To: siwonnie
“cukup siwon! Aku menyerah. Aku lelah siwon! Aku melepaskanmu.
Mulai dari sekarang hubungan kita berakhir!”
Send~
.
.
-10 minute later-
From: siwonnie
“apa maksudmu hyung? Jangan bercanda! Aku tak punya waktu untuk
itu”
Reply. To: siwoonnie
“aku mengerti kau sibuk tuan choi! Jadi jangan berpikir aku
bercanda!”
Send~
Yesung melepas batere ponsel’nya, dan membuang benda tak berdosa
itu kesembarang arah. Yesung merunduk dalam.
Sulit dipercaya. Ia mengambil keputusan –yg selama ini ia
bersumpah takan pernah diambilnya. Ia terlalu mencintai siwon sampai
membutakannya.
Kini ia mengerti. Mengapa orang2 mengatakan ‘cinta itu tak bisa
dipaksakan’ . mulai sekarang ia harus membuktikan bahwa keputusan yg di
ambilnya ini tidak salah.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*I’m used
to a day without you
Tomorrow
should be a little more comfortable
I’m slowly
forgetting about you
Maybe I’ll
go down and only think of the good memories
He had together?
.
.
.
.
.
Yesung mengemas pakaiannya, ketika ia tau siwon akan pulang siang
ini.
Tidak! Yesung bukan sedang menghindar. Ia hanya belum siap bertemu
dg namja yg telah membuatnya hancur tak berupa akhir2 ini.
Ia lelah. Seperti yg diakuinya.
Tiba2 saja ia rindu kampung halamannya. Ia memang berencana pergi
ke cheonan siang ini. Ia ingin mendinginkan kepalanya, sedikit refreshing
mungkin akan membuatnya lebih baik. Mungkin tak masalah jika sehari saja ia
meliburkan diri, kan?
.
.
.
Namja manis itu menghela nafas berat. Yesung kini berada di SMEnt
untuk menandatangani kontrak.
Kenapa hidupnya tak pernah lepas dari namja bernama Choi Siwon?
Di tangannya terdapat sebuah map kontrak. Ia harus mengisi soundtrack sebuah drama. Dan drama itu di
bintangi oleh –Choi Siwon!
Yesung duduk di salah satu meja di sebuah cafè tak jauh dari
gedung SM. Tiba2 saja kepalanya terasa pening, bayang2 siwon terus saja
menghantuinya. Ia terpaksa menunda keberangkatannya ke cheonan.
Minuman dingin mungkin cukup, untuk sekedar menjernihkan
pikirannya.
“hyung” yesung sedikit terkejut karna lamunannya terganggu oleh
sebuah suara yg mengintrupsinya.
“si –siwon?”
.
.
“apa maksudmu hyung? Kenapa tiba2 seperti ini?”
yesung tersenyum tipis. Ia mengesap ice coffee yg ia pesan, lalu
meletakannya kembali di meja.
Mengangkat wajahnya, mencoba menangtang obsidian tajam milik namja
di hadapannya. Menampilkan mimic muka sedingin mungkin. Ia tak mau terlihat
lemah di depan siwon.
Sedangkan siwon masih setia menunggu, jawaban seperti apa yg akan
yesung katakan sebagai alasan.
“ani, aku hanya lelah. Mungkin lebih baik kau menjadi
dongsaeng-ku, seperti dulu.”
“lelah? Kau pikir ini main2, eoh?” mata siwon menyipit, mulai tak
nyaman dg tanggapan yesung atas pertanyaannya. Ia melipat tangannya di depan
dada.
Entah ini nyata, atau –siwon memang terlihat tak suka dg keputusan
yesung. Tapi bukankah ia seorang actor? Bisa saja ia ber’acting, bukan?
“ku pikir tak ada yg perlu ku jelaskan lg, semua terlalu jelas.
Kau bosan. Dan aku tau itu. Bukankah ini yg kau harapkan? Kau bahkan mencintai orang lain” siwon
tercekat.
Perkataan yesung terdengar lirih di kalimat terakhir. Ia tak bisa
bertahan lagi. Bagai pasok oksigen dalam paru2nya habis. Sangat sesak, dan
begitu memuakan.
“a-pa maksudmu ki-bum?”
Yesung berdiri dari duduknya, meletakan beberapa lembar uang
kertas di atas meja. Setelah sebelumnya menatap obsidian ‘itu’ sekali lagi.
Memastikan, bahwa ia takan lg terjerat oleh tatapan intens –yg dulu selalu
membuatnya nyaman.
Ia kembali menyunggingkan bibirnya tipis, melihat ekspresi siwon
saat ini. Meski terlihat jelas luka yg terpancar dari wajah manisnya.
“aku mengerti siwon. Maaf, aku ada urusan. Permisi”
“hyung…”
.
.
.
.
-tes-
Cairan hangat menetes dg sendirinya dari sepasang mata yg terkatup
itu.
Ia menyandar pada sandaran jok mobil. Air matanya masih mengalir.
Tanpa suara, hanya ada isakan2 kecil yg lolos dari bibir peach’nya. Tangisan yg
sarat akan luka.
Yesung membuka matanya saat mendengar sayup2 suara samar dari luar
mobil. Senyum miris tercetak penuh luka ketika manic hazel yg memerah itu
menangkap adegan drama yg begitu nyata.
Sorot penuh luka itu tertuju pada sepasang ‘manusia’ di luar sana.
“siwon..” lirihnya tercekat, nyaris tak terdengar bahkan oleh
dirinya sendiri.
Siwon’nya mungkin tengah bahagia. Setidaknya itu isi kepala yesung.
Tunggu. Siwon’nya?
Sekarang bukan lg siwon’nya. Siwon’nya yg dulu telah pergi, hilang
bersamaan dg terkuburnya kenangan manis antara mereka. Pergi jauh, terbawa arus
takdir cinta’nya yg tak semanis janji yg siwon ikrarkan.
Waktu masih bisa terhitung dg hitungan detik, ketika mereka
akhirnya memutuskan berpisah –meski secara sepihak. Tapi lagi2 yesung harus
menelan pahitnya racun yg ia siapkan sendiri –yg sudah pasti akan membunuhnya
cepat atau lambat.
Tak ada lagi degup bahagia ketika manic hazel itu menemukan sosok
siwon dalam ruang lingkup sorot pandangnya. Yg ada hanya rasa lain, sebuah rasa
yg diselingi dg jantungnya yg berdenyut nyeri.
Meski sudah berpisah. Tapi, tidakah siwon merasa kehilangan yesung
sedikit saja?
Kenapa harus yesung satu2nya posisi yg merasakan sakit luar biasa?
Tak bisakah siwon peduli sedkit saja –meski hanya berpura2?
Kenapa hanya yesung saja yg merasakan –kehilangan?
.
.
.
.
.
“sudah lama menunggu hmm?”
Siwon mendongak ketika lamunannya terganggu. Ia sedikit memaksakan
senyum melihat siapa namja yg sekarang duduk di hadapannya.
“ani, aku baru saja datang”
Kibum tersenyum manis.
“kau baru saja bertemu seseorang hyung?” Tanya kibum, ketika
matanya tak sengaja melihat cup ice coffee yg isinya tinggal setengah.
“ne?”
“nugu?”
Siwon menatap ragu kibum –yg jg menatapnya menyelidik. Siwon
mengusap tengkuknya gelisah.
“yesung hyung?” tebak kibum tepat sasaran.
“eh?”
“aku akan memberi jawaban
atas tawaranmu beberapa waktu lalu”
Kibum menghela nafas panjang. Semakin menatap namja dari
masalalu’nya itu dg serius.
“hyung. Aku tdk mau merusak hubunganmu dg yesung hyung. Hubungan
kita cukup hanya ada di masa lalu. Kau harusnya tdk perlu menghindari yesung
hyung ketika tau aku akan kembali ke seoul.
kau mencintai yesung hyung. Aku tau itu. Kau tak bisa menghindar.
Kau mengabaikannya, kau tau kau melukainya, tapi kau tetap melakukannya. Dan
aku tau kau juga terluka karena’nya”
“aku mencintaimu kibum. Sungguh. Aku–”
“aku tau, tapi itu rasa yg berbeda. Bukan rasa seperti yg kau
berikan untuk yesung hyung. Rasa untuk ku hanya sebuah ambisi masa lalu. Kau
pikir aku tdk tau itu?”
Siwon terdiam. Seperti menyetujui ucapan kibum benar adanya. Ia
memang mencintai kibum, sangat. Tapi belum tentu ia juga tak mencintai yesung.
Bagaimanapun juga yesung adalah orang yg paling berpengaruh dalam kehidupannya.
“pikirkan lagi hyung. Jangan sampai kau menyesal. Yesung hyung
mencintaimu. Aku tak mau dia terluka karna adanya aku sebagai penghalang
diantara kalian. Temui dia sebelum semuanya terlambat”
“mianhae kibum-ah”
Kibum berdiri dari duduknya, mengusap lembut bahu siwon lalu
beranjak pergi. Meningalkan siwon yg masih sibuk dg pikirannya.
“kibum-ah” siwon terlihat berlari kecil menghampiri kibum yg baru
saja akan memasuki mobil lalu memeluknya.
“gomawo” lirih siwon. Kibum tertawa, menepuk2 punggung namja yg
tengah memeluknya itu.
Tanpa keduanya sadari, ada pihak ketiga yg terluka melihat kebersamaan
mereka.
.
.
.
.
||The Way To Break Up||
.
.
.
*I remember
your brokenhearted face and the one
Thousand
and the tears that filled your eyes
But, there
were too many signs of happiness
Love is
pain for me
But we can
bear the hurt together
So that we
will be together
.
.
.
.
.
-brakk-
Pintu kayu mahoni itu terbuka kasar, membuat seluruh penghuni dorm
menatap tak suka pada sosok tegap yg baru saja masuk dg terburu2.
“siwon! Lebih ramah lah. Kau berniat merusak pintu eoh?”
“yesung hyung! Eodiga?”
Tanpa berniat menunggu jawaban penghuni dorm, siwon dg segera berlari
menuju kamar yesing. Tidak memperdulikan leeteuk yg masih berkecak pinggang
karna ulahnya.
-brakk-
“yesung hyung”
Suara pintu yg terbuka kasar terdengar untuk yg kedua kalinya.
Mata siwon mengedar, mencari keberadaan sosok yg kini memenuhi pikirannya.
Yesung!
Tatapannya terhenti pada pintu balkon yg terbuka.
Dan benar saja. Sosok yg di carinya tengah berdiri di tepi balkon,
membiarkan hembusan angin yg cukup kuat menerpa kulit wajah’nya yg putih.
“yesung hyung!”
-grepp-
“eh?”
.
.
.
“mianhae hyung. Jeongmal mianhae”
Yesung tersenyum, tangannya mengusap sepasang tangan kekar yg
memeluknya dari belakang dg erat. Melepas pelukan sepihak siwon lalu menarik
tangan itu agar si empu menghadap kearahnya.
Ia tersentak melihat obsidian siwon memerah. Siwon menangis?
“hyung maafkan aku”
“hey, kau menangis eoh?” Tanya yesung mencoba menggoda.
“hyung..”
“aku melepasmu untuk bahagia siwon, bukan untuk seperti ini. Kau mencintai
kibum bukan? Lalu apa lg? jangan hawatir, aku baik2 saja”
“aku memang mencintainya” siwon merunduk dalam, Memejamkan matanya
erat.
Ia tau, ia egois. Tapi, demi apa. Yesung’nya lebih berharga dari
apapun. Perpisahan diantara keduanya membuat ia sadar akan hal itu.
Ia tau, ia telah melukai yesung. Tapi sisi egoisnya tetap saja
muncul, menuntutnya untuk tetap memiliki yesung.
Ini diluar kehendaknya. Hidup sempurna tanpa kekurangan, kadang
membuatnya mau tidak mau dialiri sifat ‘harus memiliki apapun yg di inginkan’
dalam darahnya.
“aku menger –”
“tapi aku jauh lebih mencintaimu, hyung”
Yesung menatap obsidian siwon yg menatapnya dg tatapan memohon.
Sekedar mencari dusta dari sepasang manic kelam namja bermarga choi tersebut.
Tapi mustahil. Tatapan siwon terlalu jujur, membuatnya harus
kembali memepercayai siwon.
Tatapan itu selalu membuatnya kembali ketika ia mencoba untuk
pergi dari belenggu siwon. Yg akhirnya, ia harus berjibaku dg rasa sakit yg
sama setiap kali namja tampan itu mengingkari janjinya.
“aku serius hyung. Percayalah” siwon mencoba meyakinkan. Tangannya
terangkat menangkup wajah penuh yesung. Matanya kembali memerah.
Siwon mulai putus asa melihat yesung hanya diam menatapnya. Entah
harus seperti apa ia mencoba untuk meyakinkan namja manis itu.
Siwon tau yesung takan mudah lg mempercayainya. Ia sudah sangat
sering membuat yesung’nya terluka.
“cukup. Jangan membuatku semakin sulit melepasmu” suara yesung
terdengar bergetar samar. Ia cukup kuat untuk menutupi lukanya. Jika siwonnya
sudah memohon seperti ini, apa yg bisa ia lakukan?
“hyung mianhae.. ku mohon percayalah hyung. Aku mencintaimu” siwon
merengkuh yesung dalam pelukannya. Sarat bahwa ia tdk akan dg bodohnya
membiarkan yesung’nya pergi darinya lg.
Yesung terdiam cukup lama. Tanpa membalas pelukan siwon. Tanpa
respon apapun. –yg otomatis membuat siwon terus menggumamkan kata ‘maaf’
untuknya.
Yesung membenci siwon karna ia selalu bergantung pada namja itu.
Ia membeci siwon karna tak bisa sebentar saja berpaling barang
sejengkalpun.
Ia membenci siwon karna walaupun dilukai, yesung tetap
mencintainya.
Namja kuda itu selau saja mempunyai cara untuk membuat yesung
bimbang.
Cukup lama dg posisi itu. Tangan yesung terangkat, mengusap punggung tegap siwon dg
lembut. Rengkuhan siwon selau berhasil membuatnya tenang dan merasa lebih baik.
Siwon melepas pelukannya, kembali menatap manic hazel yesung
“hyung kumohon .. aku mencintaimu lebih dari siapapun. Kibum, Dia
hanya masalaluku”
“ne, Nado” Pemilik manic hazel itu tersenyum lembut.
“tapi siwon, akan lebih baik jika kita tetap seperti ini. Saling
mencintai tak selalu harus terikat sebagai pasangan kekasih”
“wae hyung? Kau belum mempercayaiku? Apa kau membenciku? Ku mohon
beri aku kesempatan”
Yesung lagi2 tersenyum, jemarinya terulur mengusap lembut pipi
siwon yg entah sejak kapan mulai basah.
“bukan seperti itu dongsaeng –ah”
“…” siwon terpaku. Sudah sangat lama panggilan yesung untuknya itu
tak ia dengar. Terakhir kali ia dengar ketika sebelum keduanya resmi mengganti
status hyung-dongsaeng mereka sebagai pasangan kekasih.
“aku hanya terlalu lelah. Aku mencintaimu, sangat. Tapi aku butuh
waktu untuk sendiri siwon –ah. Jika kau mencintaiku, harusnya kau mengerti.
Apapun yg terjadi, kau tetap namja yg paling kucintai. Aku butuh
berpikir, aku tak ingin terus terluka. Aku terlalu pengecut untuk itu. Aku
hanya butuh waktu. Arraseo?”
“Mianhae hyung..”
“aku sudah memaafkanmu bahkan jauh sebelum kau memintanya wonnie”
“aku akan menunggumu hyung. Sampai kapanpun, aku akan menunggumu”
“ne, itu yg ku harapkan, hehee”
Siwon kembali merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya. Semakin
erat. Kali ini yesung membalasnya tak
kalah erat.
Keduanya berpelukan lama, menyalurkan perasaan masing2. Memberikan
waktu untuk mereka mengenang masa2 indah saling berbagi kasih cinta –yg hampir terlupakan
terkikis masa, terhapus waktu, terkubur oleh ambisi2 baru.
“saranghae hyung, jeongmal saranghae”
“nado~ wonnie”
.
.
.
Kini siwon maupun yesung menyadari, bahwa saling mencintai tak
selalu harus berakhir sempurna.
Perpisahan itu menyakitkan. Tapi meski begitu, ada cara untuk
tetap bertahan.
Cinta mereka memang sempurna. Tapi, kadang kalanya berpisah
mungkin saja pilihan yg terbaik.
Untuk merajut kisah yg pastinya lebih baik. Dan untuk saling
menyalurkan berbagai bentuk kasih sayang dg cara berbeda.
Mungkin dengan berpisah, keduanya bisa lebih saling terikat.
.
.
.
Walaupun
rasanya sakit
Bersikaplah
seolah tak apa2
Walaupun
rasanya ingin menangis
Ada cara
untuk menahannya
Walaupun
hati ini terluka
Ada cara
untuk tetap tersenyum
Begitulah
caranya
Jika ingin
berpisah
The Way To
Break Up~
.
.
.
.
FIN
Mohon review'y^^
#bow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar